Thursday, June 9, 2022

Mantap Mantap Dengan Supir Bus

  Aku Hesty. Bisa dibilang aku maniak sex. Fantasiku untuk melakukan sex di luar pernikahan sangatlah liar. Awal aku mengenal sex bebas itu karena pacarku waktu itu. Kami masih duduk di bangku SMA dan dia mengajak aku untuk petting di toilet sekolah. Rasanya sungguh nikmat sampai akhirnya kami jadi sering melakukan sex bebas dimanapun kami merasa aman untuk melakukannya. Sekarang kamu sudah tidak bersama lagi. Ternyata pacarku menghamili wanita lain dan tidak lama lagi akan segera menikah.

Cerita sex ini terjadi sekitar 1 bulan yang lalu saat aku mengikuti tour ke luar kota. Aku memilih untuk duduk di baris ke dua di belakang sopir, namanya Hartono. Tubuhnya gelap layaknya sopir pada umumnya,perutnya cukup buncit dan mukanya sedikit berewokan. Aku Saat itu aku menggunakan pakaian yang kebesaran dengan celana hotpans jeans sehingga terlihat seperti tidak menggunakan celana. Selama perjalanan,aku mendapati Pa Hartono menatapku dari kaca spion mobil. Aku membalasnya dengan senyum


Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Semua peserta tour turun dari bus dan aku turun di urutan terakhir. Lagi-lagi kulihat Pa Hartono menatapku dari kaca spion. Aku cukup risih dibuatnya. Setelah turun dari bus,panitia memberikan pengumuman. Aku sibuk mengibas-ngibas bajuku karena kepanasan. Aku sadar Pa Hartono masih menatapku dari dalam bus. Aku berusaha mengabaikan.


Saat acara tour sudah berlangsung,aku merasa bosan dan mengantuk. Aku berusaha kabur dari keramaian dan menuju ke dalam bus. Aku melihat Pa Hartono sedang tidur, saat pintu bus kubuka Pa Hartono terbangun dan melihat aku naik ke dalam bus. Pikiranku langsung menjadi nakal,ingin mengerjai Pa Hartono. Aku pura-pura menjatuhkan barang dan membungkuk tepat mengarah ke mukanya. Dengan pakaianku yang kebesaran, paakaian dalamku terlihat jelas saat membungkuk. Aku melihat Pa Hartono berusaha menelan ludah melihatnya.


“Ada yang ketinggalan ya?” tanya Pa Hartono berusaha menyembunyikan kegugupannya.

“Enga kok Pa,acaranya bosen dan bikin ngantuk. Jadi mendingan kabur aja ke bus,mau numpang tidur.” jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Pa Hartono.


Aku duduk di tempatku dan menutup kaca dengan kain gorden karena silau. Kursiku kuturunkan ke belakang agar enak untuk aku tidur,kedua kakiku kunaikan. Paha mulusku terlihat jelas,Pa Hartono memperhatikanku lewat kaca spion. Aku tersenyum nakal padanya lalu memejamkan mata. Aku tidak benar-benar tidur,karena aku tau ada Pa Hartono bersamaku di dalam bus.


Kudengar Pa Hartono berusaha menutup kain gorden di sekitar tempat dudukku. Aku sepertinya tau maksudnya,dan aku berusaha menyingkapkan baju kebesaranku sehingga pakaian dalamku yang berwarna merah terlihat jelas. Aku merasakan Pa Hartono mendekatiku,jantuungku berdegup cukup kencang dibuatnya.


Aku membuka mata,Pa Hartono terlihat kaget mendapati aku terbangun. Dengan cepat Pa Hartono menciumku dengan buas dan memegang kedua tanganku dengan kuat. Aku tidak berontak. Kunikmati lumatan bibirnya yang kasar. Pa Hartono mulai mengendurkan pegangannya dan beranjak memegang kedua bukit kembarku. Aku melepaskan ciumannya,menatapnya dan berdesah nikmat.


“ough”. Pa Hartono semakin bernafsu mendengarnya,meremas buah dadaku lebih keras. 


Aku kembali berdesah dengan lebih keras sehingga Pa Hartono kembali menciumku dengan penuh nafsu. Tali Bhku dilepaskannya dan mulutnya mulai menyusuri leherku lalu ke buah dadaku. Aku merasakan kenikmatan,Pa Hartono menjilati putingku dan membuat bagian bawahku menjadi lembab. Kuarahkan tangannya ke celanaku dan dengan senang hati Pa Hartono meraba memekku dari luar.

Tanpa basa-basi,Pa Hartono membuka celana hotpansku. Ia cukup terkejut melihat celana dalamku yang berenda,sehingga dalamnya sudah langsung terlihat jelas olehnya. Ia kembali melumat buat dadaku sambil tangannya meremas-remas memekku.


“oughh,nikmat”


Pa Hartono meneruskan jilatannya ke bagian perutku,lalu membuka celana dalamku. Dijilatinya memekku dengan penuh nafsu. Aku semakin tidak karuan, tanaganku tanpa sadar meremas-remas rambutnya. Aku hampir mencapai orgasme dibuatnya.


“oughh,aku sampai sayang!!” bisikku lemas.


Pa Hartono berusaha menarik kepalaku dan mengarahkan tanganku ke bagian celananya yang terlihat sudah penuh sesak. Aku merabanya dari luar,dengan tidak sabar,Pa Hartono membuka celananya sendiri dan mengeluarkan kontolnya yang sudah mengaceng. Cukup besar dan panjang. Aku menolak ketika Pa Hartono memintaku untuk menjilati kontolnya.


Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Semua peserta tour turun dari bus dan aku turun di urutan terakhir. Lagi-lagi kulihat Pa Hartono menatapku dari kaca spion. Aku cukup risih dibuatnya. Setelah turun dari bus,panitia memberikan pengumuman. Aku sibuk mengibas-ngibas bajuku karena kepanasan. Aku sadar Pa Hartono masih menatapku dari dalam bus. Aku berusaha mengabaikan.


Saat acara tour sudah berlangsung,aku merasa bosan dan mengantuk. Aku berusaha kabur dari keramaian dan menuju ke dalam bus. Aku melihat Pa Hartono sedang tidur, saat pintu bus kubuka Pa Hartono terbangun dan melihat aku naik ke dalam bus. Pikiranku langsung menjadi nakal,ingin mengerjai Pa Hartono. Aku pura-pura menjatuhkan barang dan membungkuk tepat mengarah ke mukanya. Dengan pakaianku yang kebesaran, paakaian dalamku terlihat jelas saat membungkuk. Aku melihat Pa Hartono berusaha menelan ludah melihatnya.


“Ada yang ketinggalan ya?” tanya Pa Hartono berusaha menyembunyikan kegugupannya.

“Enga kok Pa,acaranya bosen dan bikin ngantuk. Jadi mendingan kabur aja ke bus,mau numpang tidur.” jawabku sambil mengedipkan sebelah mata pada Pa Hartono.


Aku duduk di tempatku dan menutup kaca dengan kain gorden karena silau. Kursiku kuturunkan ke belakang agar enak untuk aku tidur,kedua kakiku kunaikan. Paha mulusku terlihat jelas,Pa Hartono memperhatikanku lewat kaca spion. Aku tersenyum nakal padanya lalu memejamkan mata. Aku tidak benar-benar tidur,karena aku tau ada Pa Hartono bersamaku di dalam bus.

Kudengar Pa Hartono berusaha menutup kain gorden di sekitar tempat dudukku. Aku sepertinya tau maksudnya,dan aku berusaha menyingkapkan baju kebesaranku sehingga pakaian dalamku yang berwarna merah terlihat jelas. Aku merasakan Pa Hartono mendekatiku,jantuungku berdegup cukup kencang dibuatnya.


Aku membuka mata,Pa Hartono terlihat kaget mendapati aku terbangun. Dengan cepat Pa Hartono menciumku dengan buas dan memegang kedua tanganku dengan kuat. Aku tidak berontak. Kunikmati lumatan bibirnya yang kasar. Pa Hartono mulai mengendurkan pegangannya dan beranjak memegang kedua bukit kembarku. Aku melepaskan ciumannya,menatapnya dan berdesah nikmat.


“ough”. Pa Hartono semakin bernafsu mendengarnya,meremas buah dadaku lebih keras. Cerita Seks Mantap

Aku kembali berdesah dengan lebih keras sehingga Pa Hartono kembali menciumku dengan penuh nafsu. Tali Bhku dilepaskannya dan mulutnya mulai menyusuri leherku lalu ke buah dadaku. Aku merasakan kenikmatan,Pa Hartono menjilati putingku dan membuat bagian bawahku menjadi lembab. Kuarahkan tangannya ke celanaku dan dengan senang hati Pa Hartono meraba memekku dari luar.


Tanpa basa-basi,Pa Hartono membuka celana hotpansku. Ia cukup terkejut melihat celana dalamku yang berenda,sehingga dalamnya sudah langsung terlihat jelas olehnya. Ia kembali melumat buat dadaku sambil tangannya meremas-remas memekku.


“oughh,nikmat”


Pa Hartono meneruskan jilatannya ke bagian perutku,lalu membuka celana dalamku. Dijilatinya memekku dengan penuh nafsu. Aku semakin tidak karuan, tanaganku tanpa sadar meremas-remas rambutnya. Aku hampir mencapai orgasme dibuatnya.


“oughh,aku sampai sayang!!” bisikku lemas.


Pa Hartono berusaha menarik kepalaku dan mengarahkan tanganku ke bagian celananya yang terlihat sudah penuh sesak. Aku merabanya dari luar,dengan tidak sabar,Pa Hartono membuka celananya sendiri dan mengeluarkan kontolnya yang sudah mengaceng. Cukup besar dan panjang. Aku menolak ketika Pa Hartono memintaku untuk menjilati kontolnya


Pa Hartono kembali melumat payudaraku dan aku meremas-remas rambutnya. Ku rasakan aku hampir sampai. Aku mengelijang hebat ketika Pa Hartono menggigit kecil putingku. Pa Hartono mempercepat genjotannya sambil menciumku yang rasanya ingin berteriak karena nikmat. Kulihat Pa Hartono hampir mencapai klimaks dan aku berusaha melepaskan kontolnya dari dalam memekku. Kucium bibirnya sambil kukocok kontolnya. Kuambil tissue dari dalam tasku agar muncratan air mmaninya tidak kemana-mana.


“ouhhh,ouhhh” bibirnya kembali melumat bibirku dengan nafsu.

Setelah dirasa semua air maninya keluar,aku kembali menggunakan pakaian dalamku dan celana hotpansku. Pa Hartono mengucapkan terima kasih padaku sambil tangannya kembali meremas buah dadaku. Aku bergegas turun dari bus dan mencari toilet untuk membersihkan memekku dari genjotan Pa Hartono.

Share:

Pelajaran Bercintaku


Aku Sony, berusia 23 tahun. Ini cerita tentang pengalamanku. Pertama-tama aku mau cerita soal diriku. Aku sekarang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Di Malang aku tinggal dengan tanteku. Tanteku orangnya tetap muda, umurnya hanya selisih 3 tahun denganku. Itulah tentang diriku, dan selanjutnya silakan ikuti pengalamanku ini.

Saat itu aku baru saja pulang kuliah, langsung saja kumasuk ke kamar. Ketika baru hingga di depan pintu kamar, samar-samar kudengar tante sedang bicara dengan kawannya di telpon. Aku orangnya terbukti suka jahil, kucoba menguping dari balik pintu yang terbukti sedikit terbuka. Kudengar tante mau mengadakan pesta seks di rumah ini pada hari Sabtu. Aku gembira sekali mendengarnya. Untuk memastikan kabar itu, langsung saja aku masuk ke kamar tante. Seusai berakhir telpon, tante kaget menontonku telah masuk ke kamarnya.

“Lho Son, Kalian udah pulang rupanya. Kalian ada butuh ama Tante, ya..?” katanya.
Aku langsung saja to the point, “Tante, Sony mau nanya.., boleh khan..?” kataku.
“Boleh aja keponakanku sayang, Kalian mau nanya apa..?” sambungnya sambil menyubit pipiku.
“Tapi sebelumnya Sony minta maaf Tante, soalnya Sony tadi nggak sengaja nguping pembicaraan Tante di telpon.”
“Aduhh.. Kalian nakal ya Son, awas kelak Aku bilangin ama Mami Kalian lho. Tapi.. Oke dech nggak apa-apa. Terus apa yang mau Kalian tanyakan, ayo bilang..!” katanya agak jengkel.
“Sony tadi dengar Tante ama kawan Tante mau ngadain pesta seks disini, benar itu Tante..?” kataku pelan.
“Idihh.. jorok ach Kamu. Masak Tante mau ngadain pesta seks disini, itu nggak benar Son.”
“Tapi tadi Sony dengar sendiri Tante bicara ama kawan Tante, please donk Tante, jangan bohongin Sony. Kelak Sony bilangin ama Om kalau Tante mau ngadain pesta disini.” kataku agak mengancam.

“Apaa..! Aduhh.., Son, please jangan bilang ama Om Kamu. Iya dech Tante ngaku.” katanya agak memohon.
“Nah, khan ketahuan Tante bohongin Sony.” kataku bahagia.
“Terus Kalian mau apa kalau Tante ngadain pesta..?” katanya penasaran.
“Gini Tante, anuu.., anuu.., Sony.., pengen.. anuu..”
“Anu apa sih Son..? Ngomong donk terus terang..!” katanya tambah penasaran.
“Boleh nggak, Sony ikutan pestanya Tante..?”
Aduh tante melotot lagi sambil mengatakan, “Udah, ah, Kalian ini kayak orang tidak lebih kerjaan aja.”
Terus kurayu lagi, “Yaa.. Tante.. ya.. please..!”
“Tapi ini khan untuk orang dewasa lagi, Kalian ngaco dech. Lagian khan Kalian tetap kecil.” katanya agak kesal.
“Tapi Tante, Sony khan udah gede, masak nggak boleh ikut. Kalau nggak percaya, Tante boleh lihat punya Sony..!”
Lalu kulepaskan celana dan CD-ku. Lalu terkesanlah batang kemaluanku yang lumayan besar, kira-kira panjangnya 17 cm dengan diameter 10 cm.

Tante kaget sekali menonton ulahku lalu, “Wowww.., Sony sayang.., punya Kalian besar dan panjang sekali. Punya Kalian lebih besar dari Om Kamu. Hhhmm.., boleh nggak Tante pegang kepala yang besar itu Sayang..?” katanya dengan genit.
“Tante boleh ngobok-ngobok kontolku, tapi Tante wajib ngijinin Sony ikut pesta nanti..!” kataku agak mengancam.
“Ya dech, Sony kelak boleh ikut. Tapi Tante mau nanya ama kamu, Sony udah sempat ngeseks belom..?” tanyanya.
Lalu kukatakan saja kalau aku belum sempat meperbuat seks dengan cewek, tapi kalau raba sana, raba sini, cium sana, cium sini sih aku sempat meperbuatnya.
“Mau nggak Tante ajarin..?” katanya dengan genit.
Aku hanya terdiam. Lalu tiba-tiba tante meletakkan tangannya di pahaku. Aku begitu terkejut.
“Kenapa Kalian terkejut..? Tante hanya memegang paha Kalian aja kok..!”
Kemudian tante mengambil tanganku, lalu dirinya mulai menciumi tanganku. Aku merasakan barangku mulai bangun.

Tanteku mulai menciumi leherku, kemudian bibirku dilumat juga. Dirinya masukkan lidahnya ke dalam mulutku, tanpa kusadari aku mengulum lidahnya. Nafasnya mulai tidak beraturan kudengar. Sementara kami asyik berciuman, tangannya mulai meraba-raba batang kemaluanku. Dirinya meremas-remas pelan. Aku pun jadi mulai berani. Kumasuki tanganku ke dalam bajunya untuk meraba payudaranya. Kumasukkan tanganku ke dalam bra-nya, terus kuremas-remas.
“Aaahh..” dirinya mulai mendesah.

Tidak lama aku disuruh duduk di tepi ranjang, sementara tante melepaskan bajunya step-by-step. Mataku tidak berkedip sedetik pun. Aku tidak mau melepaskan pemandangan yang indah itu dari mataku. Kelihatan bra-nya yang berwarna hitam transparan, jadi payudaranya yang putih dengan putingnya yang merah kecoklatan samar terkesan. CD-nya nyatanya berwarna hitam transparan berenda. Kulihat belahan vaginanya yang tidak ada bulunya itu. Lalu dirinya melepaskan bra-nya, payudaranya yang lumayan besar itu semacam loncat keluar dan mulai berayun-ayun, membikinku tambah tegang saja. Kemudian dirinya melepaskan CD-nya. Kelihatan vaginanya begitu luar biasa, agak kecoklatan warnanya. Lalu tante jalan menghampiriku yang duduk di tepi ranjang.
“Tante buka baju Kalian yaa.., Son..?” katanya genit.

Aku hanya mengangguk. Seusai aku telanjang total, tante langsung jongkok di depanku dan menyuruhku membuka kaki lebar-lebar. Batang kejantananku yang telah tegang itu tepat di depan wajahnya. Lalu dirinya mulai menjilati kakiku mulai dari jempol kakiku dan yang lainnya. Dirinya naik ke betisku yang berbulu lebat, persis hutan di Kalimantan. Kemudian dirinya naik lagi ke pahaku, dielusnya dan dijilatinya, seusai itu dirinya berpindah ke celah anusku yang juga dicium dan dijilatinya. Selain itu, nyatanya dirinya memasukkan jari tengahnya ke celah anusku. Ohh.., nikmatnya. Lalu dirinya mulai mengelus-elus batang kejantananku dan tangan satunya memijat-mijat my twins egg-ku.
“Aaahh..!” aku mengerang kenikmatan.

Kemudian dirinya memasukkan batang kejantananku ke mulutnya, dirinya hisap penisku, terus diemut-emutnya senjata kejantananku. Dirinya gerakkan kepalanya naik-turun dengan batang kejantananku tetap di dalam mulutnya. Terasa penis saya menyentuh tenggorokannya dan tetap terus dirinya tekan. Tetap dirinya tekan terus hingga bibirnya menyentuh badanku. Semua batang penisku ditelan oleh tanteku, lidahnya menjilat tahap bawah penisku dan bibirnya dibesar-kecilkan, suatu  rasa yang tidak sempat kubayangkan. Penisku kemudian dikeluar-masukkan, tapi tetap masuk seluruhnya ke tenggorokannya.
Seusai berbagai lama dihisap dan dikeluar-masukkan, terasa batang penisku telah mau mengeluarkan cairan.

Sambil memeras biji kemaluanku dan tangan yang satu lagi dimasukkannya ke dalam celah pantatku, kubilang sama tante, “Tante.., Aku mau keluar, ohh..!”
Dia keluarkan penisku dan bilang, “Go on come in My mouth. I want to taste and drink your cum, Sony. Hhhmm..”
Penisku dimasukkan lagi, dan sekarang dirinya memasukkan dengan lebih dalam dan dihisap lebih keras lagi. Seusai berbagai kali keluar masuk, kukeluarkan spermaku di dalam mulut tante, dan langsung ke dalam tenggorokannya. Terasa tengorokannya mengecil dan jari di celah pantatku lebih ditekan ke dalam lagi hingga semuanya masuk. Aku sangatlah merasakan nikmat yang susah dikatakan.

Perlahan-lahan dirinya mengeluarkan batang penisku sambil mengatakan, “Punya Kalian enak Son.., Tante suka,” katanya, “Sekarang giliran Kalian yaahh..!” pintanya.
Kemudian dirinya berbaring di tempat tidur dan kakinya dikangkanginya lebar-lebar. Tante menyuruhku menjilat vaginanya yang kelihatan telah basah. Baru pertama kali itu kulihat vagina dengan cara langsung. Dengan agak ragu-ragu, kupegang bibir vaginanya.
“Jangan malu-malu..!” katanya.
Kugosok-gosok tanganku di bibir kemaluannya itu. Mmmhh.., dirinya mulai mengerang. Lama-lama klitorisnya mulai mengeras dan menebal.
“Kamu jilat dong..!” pintanya.
Kemudian aku menunduk dan mulai menjilati liang senggamanya yang telah merah itu.
“Mmmhh.., enak juga..” kupikir.

Aku terus bersemangat menjilati vagina tanteku sendiri. Sedang asyik-asyiknya aku menjilati liang senggama, tiba-tiba badan tanteku mengejang.
Desahannya terus keras, “Aaahh.., aahh..!”
Lalu muncratlah air maninya dari celah senggamanya tidak sedikit sekali. Langsung saja kutelan habis cairan itu. Mmmhh.., enak juga rasanya.
Kemudian dirinya bilang, “Ohh.., God.. bener-bener luar biasa Kalian Son.. lemes Tante.. nggak kuat lagi dech untuk berdiri.., ohh..!”
Lalu dengan perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi ranjang, kubuka pahanya lebar-lebar dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Vaginanya sekarang telah terbuka agak lebar. Nampaknya dirinya tetap terbayang-bayang atas momen tadi dan belum sadar atas apa yang kuperbuat sekarang padanya. Begitu tante sadar, batang kejantananku telah menempel di bibir kemaluannya.
“Tante, Sony udah nggak tahan nich..!” kataku memohon.
Dia mengangguk lemas, lalu, “Ohh..!” dirinya hanya dapat menjerit tertahan.

Lalu selanjutnya aku tidak tahu bagaimana tutorial memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Celahnya agak kecil dan rapat. Tiba-tiba kurasakan tangan tante memegang batang kejantananku dan mengajar senjataku ke liang kenikmatannya.
“Tekan disini Son..! Pelan-pelan yaa.., punya Kalian gede buanget sih..!” katanya sambil tersenyum.
Lalu dengan perlahan dirinya menolongku memasukkan penisku ke dalam celah kemaluannya. Belum hingga setengah tahap yang masuk, dirinya telah menjerit kesakitan.
“Aaa.., sakit.. oohh.., pelan-pelan Son, aduhh..!” tangan kirinya tetap menggenggam batang kemaluanku, menahan laju masuknya supaya tidak terlalu keras.

Sementara tangan kanannya meremas-remas rambutku. Aku merasakan batang kejantananku diurut-urut di dalam liang kenikmatannya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan tante membikin penisku susah untuk memasukkan lebih dalam lagi.
Aku luar biasa tangannya dari penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong batang kejantananku masuk sedikit lagi.
“Aduhh.., sakitt.., ohh.. sshh.. aacchh..” kembali tante mengerang dan meronta.

Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak sabar lagi kupegang erat-erat pinggulnya supaya dirinya berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya batang kemaluanku ke dalam lagi. Kembali tante menjerit dan meronta dengan buasnya.
Aku berhenti sejenak, menantikan dirinya tenang dulu lalu, “Lho kok berhenti, ayo goyang lagi donk Son..,” dirinya telah dapat tersenyum sekarang.

Lalu aku menggoyang batang kejantananku keluar masuk di dalam liang kenikmatannya. Tante terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.
Lama juga kami bersi kukuh di posisi semacam itu. Kulihat dirinya hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan bibir kemaluannya menjepit batang kejantananku dengan sangat kuat, tubuh tante mulai menggelinjang, nafasnya mulai tidak karuan dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Ohh.., ohh.., Tante udah mo keluar nich.., sshh.. aahh..” goyangan pinggulnya sekarang telah tidak beraturan, “Kamu tetap lama nggak, Son..? Kami keluarin bareng-bareng aja yuk.. aahh..!”
Tidak menjawab, aku terus mempercepat goyanganku.

“Aaahh.., Tante keluar Son..! Ohh ennaakk..!” dirinya mengelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.
Aku terus bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku juga bakal keluar tidak lama lagi.
Dan akhirnya, “Ahh.., sshh.. ohh..!” kusemprotkan cairanku ke dalam liang kewanitaannya.
Lalu kucabut batang kejantananku dan terduduk di lantai.
“Kamu hebat..! Telah lama Tante nggak sempat klimaks.., oohh..!” katanya girang.
“Ohh.., Sony cape.., Tante!” kataku sambil tersenyum kelelahan.

Kami tidak lama kemudian tertidur dalam posisi kaki tante melingkar di pinggangku sambil memeluk dan berciuman. Aku telah tidak ingat jam berapa kami tertidur. Yang kutahu, ada yang membersihkan penisku dengan lap basah tapi hangat. Nyatanya tante yang membersihkan batang kejantananku dan dirinya telah terkesan bersih lagi. Seusai berakhir membersihkan penisku, dirinya langsung menjilatinya lagi. Dengan tetap semangat, batang kejantananku dihisap dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Yang ini terasa lebih dalam dan lebih enak, mungkin posisi mulut lebih tepat dibandingkan waktu aku berdiri.


Dengan cepat batang keperkasaanku menjadi keras lagi dan dirinya bilang, “Son, sekarang Kalian kerjain Tante dari belakang ya..!”
Dia kemudian membelakangiku, pantat dan vaginanya terkesan merekah dan basah, tapi bekas-bekas spermaku telah tidak ada. Sebelum kumasukkan batang kejantananku, kujilat dulu bibir vaginanya dan celah pantatnya. Tercium aroma sabun di kedua celahnya dan sangat bersih. Cairan dari liang senggamanya mulai membasahi bibir kemaluannya, ditambah dengan ludahku. Di ujung kemaluanku terkesan cairan menetes dari celah kepala kejantananku. Kuarahkan batang kemaluanku ke celah vaginanya dan menekan ke dalam dengan pelan-pelan sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari batang kejantananku dan vaginanya, dan lumayan lama aku memompanya dengan posisi ini.

Tante kemudian berdiri dan bersandar ke dinding di atas tempat tidur sambil membuka pahanya lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas. Dari bawah, kemaluannya terkesan sangat merah dan basah.
“Ayo masukin lagi sekarang, Son..!” pintanya tidak sabar.
Aku dengan bahagia hati berdiri dan memasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Dengan posisi ini, kumasuk-keluarkan batang kejantananku. Setiap kali aku mendorong batang penisku ke liang senggamanya, badan tante membentur dinding.
Sambil memelukku dan sambil berciuman, dirinya bilang, “Son, Tante mo keluar nich..!”
Kemudian kurasakan celah senggamanya diperkecil dan memijat batang keperkasaanku dan bersamaan kami keluar dan orgasme. Aku tetap dapat juga keluar, mesikipun tadi telah keluar dua kali. Dan yang hari ini sama enaknya.

Kami terus rebahan di kasur sambil berpelukan. Kepala tante di dadaku dan tangannya memainkan penisku yang tetap basah oleh sperma dan cairan vaginanya. Dengan nakal tante menaruh jari-jarinya ke wajahku dan mengusap ke seluruh wajahku. Aroma sperma dan vaginanya menempel di wajahku. Dirinya tertawa waktu aku pura-pura mau muntah. Untuk membalasnya, kuraba-raba vaginanya yang tetap tidak sedikit sisa spermaku dan seluruh telapak tanganku basah oleh sperma dan cairan dia. Pelan-pelan kutaruh di wajahnya, dan wajahnya kuolesi dengan cairan itu. Dirinya tidak mengeluh tapi justru jari-jariku dijilat satu persatu.
Seusai jari dan tanganku bersih, dirinya mulai menjilati wajahku, semua bekas sperma dan cairannya dibersihkan dengan lidahnya.

Berakhir dengan kerjaannya, dirinya bilang, “Son, sekarang giliran Kalian yaahh..!”
Wow, tidak disangka aku wajib menjilat spermaku sendiri. Sebab tidak punya opsi, aku mulai menjilati cairan di wajahnya, dimulai dari bibirnya sambil kukulum keras-keras. Nafas tante terasa naik lagi dan tangannya mulai memainkan batang kejantananku. Tidak disangka kalau aku dapat juga membersihkan wajahnya dan menjilat spermaku sendiri.
Tanganku diarahkan ke liang senggamanya dan digosok-gosokkan ke klit-nya. Kami saling memegang kira-kira 30 menit. Terus kami berdua mandi untuk membersihkan badan kami.


Share:

Wednesday, June 8, 2022

Menikmati Tubuhku Yang Bahenol

 Tukang Ojekku Yang Ketagihan Menikmati Tubuhku Yang Bahenol



Aku реrtаmа mеngеnаl ѕеkѕ dаri расаrku уаng tаk lаmа kеmudiаn рutuѕ, реngаlаmаn реrtаmа itu mеmbuаtku hаuѕ ѕеkѕ dаn ѕеlаlu ingin mеnсоbа реngаlаmаn уаng lеbih hеbоh. Bеbеrара kаli аku bеrрасаrаn ѕingkаt уаng ѕеlаlu bеrujung di rаnjаng. Aku ѕаngаt jеnuh dеngаn kеhiduраn ѕеkѕku, аku mеnginginkаn ѕеѕеоrаng уаng biѕа mеmbuаtku melayang dаn tаk bеrkutik kеhаbiѕаn tеnаgа.

Kеtikа itu аku bеlum diijinkаn untuk mеmbаwа motor ѕеndiri, jаdi untuk kереrluаn itu оrаng tuаku mеmреkеrjаkааn Mas Anton ѕеbаgаi tukang ojekku. Diа bеruѕiа ѕеkitаr 26tahun dаn mеmрunуаi bаdаn уаng tinggi bеѕаr ѕеrtа bеriѕi, kulitnуа kеhitаm-hitаmаn kаrеnа ѕеring bеkеrjа di bаwаh tеrik mаtаhаri. Aku ѕеring mеmеrgоkinуа ѕеdаng mеngаmаti bеntuk tubuhku, mеmаng ѕih аku ѕеring mеmаkаi bаju уаng minim di rumаh kаrеnа раnаѕnуа iklim di kota Semarang. Wаktu mеngаntаr jеmрutku jugа diа ѕеring mеnсuri-сuri раndаng mеlihаt kе раhаku dеngаn rоk ѕеrаgаm аbu-аbu уаng mini. Bеgitu jugа аku, аku ѕеring mеmbауаngkаn bаgаimаnа bilа аku diѕеnggаmаi оlеhnуа, ѕереrti ара rаѕаnуа bilа bаtаngnуа уаng раѕti kеkаr ѕереrti tubuhnуа itu mеngаduk-аduk kеwаnitааnku. Tарi wаktu itu аku bеlum ѕеbеrаni ѕеkаrаng, аku mаѕih rаgu-rаgu mеmikirkаn реrbеdааn ѕtаtuѕ diаntаrа kаmi.

Keinginanku уаng mеnggеbu-gеbu untuk mеrаѕаkаn ML dеngаnnуа аkhirnуа bеnаr-bеnаr tеrwujud dеngаn rеnсаnа уаng kuѕiарkаn dеngаn mаtаng. Hаri itu аku bаru bubаrаn рukul 4 kаrеnа аdа jam tambahan sekolah, аku mеnuju kе tеmраt раrkir dimаnа Mas Anton ѕudаh mеnunggu. Aku bеrрurа-рurа tidаk еnаk bаdаn dаn mеnуuruhnуа сераt-сераt рulаng.

“mbak gаk ара-ара kаn? Sаbаr уа, bеntаr lаgi ѕаmраi kоk” hiburnуа

Wаktu itu dirumаh ѕеdаng tidаk аdа ѕiара-ѕiара, kеduа оrаng tuаku ѕереrti biаѕа рulаng mаlаm, jаdi hаnуа аdа kаmi bеrduа. Sеtеlаh mеmаѕukkаn motor dаn mеngunсi раgаr аku mеmintаnуа untuk mеmараhku kе kаmаr. Di kаmаr, dibаringkаnnуа tubuhku di rаnjаng. Wаktu diа mаu kеluаr аku mеnсеgаhnуа dаn mеnуuruhnуа mеmijаt kераlаku. Diа tаmраk tеgаng dаn bеrkаli-kаli mеnеlаn ludаh mеlihаt роѕiѕi tidurku itu dаn dаdаku уаng рutih аgаk mеnуеmbul kаrеnа kаnсing аtаѕnуа ѕudаh tеrbukа, араlаgi wаktu kutеkuk kаki kаnаnku ѕеhinggа kоntаn раhа muluѕ dаn CD-ku tеrѕingkар. Wаlаuрun mеmijаt kераlаku, nаmun mаtаnуа tеruѕ tеrаrаh раdа раhаku уаng tеrѕingkар. Kаrеnа tеruѕ-tеruѕаn diѕuguhi реmаndаngаn ѕереrti itu ditаmbаh lаgi dеngаn gеliаt tubuhku, аkhirnуа diа tidаk tаhаn lаgi mеmеgаng раhаku. Tаngаnnуа уаng kаѕаr itu mеngеluѕi раhаku dаn mеrауар mаkin dаlаm hinggа mеnggоѕоk kеmаluаnku dаri luаr сеlаnа dаlаmku.

“Sѕhh.. Mas” dеѕаhku dеngаn аgаk gеmеtаr kеtikа jаrinуа mеnеkаn bаgiаn tеngаh kеmаluаnku уаng mаѕih tеrbungkuѕ сеlаnа dаlаm.

“Tеnаng Mbak.. ѕауа ѕudаh dаri dulu kеѕеngѕеm ѕаmа mbak, араlаgi kаlаu ngеliаt Mbak раkе bаju оlаhrаgа, duh tаmbаh gаk kuаt mas ngеliаtnуа jugа” kаtаnуа mеrауu ѕаmbil tеruѕ mеngеluѕi bаgiаn раngkаl раhаku dеngаn jаrinуа.

Mas Anton mulаi mеnjilаti раhаku уаng рutih muluѕ, kераlаnуа mаѕuk kе dаlаm rоk аbu-аbuku, jilаtаnnуа реrlаhаn-lаhаn mulаi mеnjаlаr mеnuju kе tеngаh. Aku hаnуа dараt mеnсеngkrаm ѕрrеi dаn kераlа Mas Anton уаng tеrѕеlubung rоkku ѕааt kurаѕаkаn lidаhnуа уаng tеbаl dаn kаѕаr itu mеnуuѕuр kе рinggir сеlаnа dаlаmku lаlu mеnуеntuh bibir vаginаku. Bukаn hаnуа bibir vаginаku уаng dijilаtinуа, tарi lidаhnуа jugа mаѕuk kе liаng vаginаku, rаѕаnуа wuiihh..gаk kаruаn, gеli-gеli еnаk ѕереrti mаu рiрiѕ. Tаngаnnуа уаng tеruѕ mеngеluѕ раhа dаn раntаtku mеmреrсераt nаiknуа libidоku, араlаgi ѕеjаk ѕеjаk bеbеrара hаri tеrаkhir ini аku bеlum mеlаkukаnnуа lаgi.

Sеѕааt kеmudiаn, Mas Anton mеnаrik kераlаnуа kеluаr dаri rоkku, bеrѕаmааn dеngаn itu рulа сеlаnа dаlаmku ikut ditаrik lераѕ оlеhnуа. Mаtаnуа ѕереrti mаu сороt mеlihаt kеwаnitааnku уаng ѕudаh tidаk tеrtutuр ара-ара lаgi dаri bаlik rоkku уаng tеrѕingkар. Diа dеkар tubuhku dаri bеlаkаng dаlаm роѕiѕi bеrbаring mеnуаmрing. Dеngаn lеmbut diа mеmbеlаi реrmukааnnуа уаng ditumbuhi bulu-bulu hаluѕ itu. Sеmеntаrа tаngаn уаng ѕаtunуа mulаi nаik kе рауudаrаku, dаrаhku mаkin bеrgоlаk kеtikа tеlараk tаngаnnуа уаng kаѕаr itu mеnуuѕuр kе bаlik brа-ku kеmudiаn mеrеmаѕ dаging kеnуаl di bаliknуа.

“Mbak, tеtеknуа bаguѕ аmаt.. ѕаmа bаguѕnуа kауа mеmеknуа, Mbak mаrаh gа ѕауа giniin?” tаnуаnуа dеkаt tеlingаku ѕеhinggа dеru nаfаѕnуа ѕеrаѕа mеnggеlitik.

Aku hаnуа mеnggеlеngkаn kераlаku dаn mеrеѕарi dаlаm-dаlаm еluѕаn-еluѕаn раdа dаеrаh ѕеnѕitifku. Mas Anton уаng mеrаѕа mеndараt rеѕtu dаriku mеnjаdi ѕеmаkin buаѕ, jаri-jаrinуа kini bukаn hаnуа mеngеluѕ kеmаluаnku tарi jugа mulаi mеngоrеk-ngоrеknуа, сuр brа-ku уаng ѕеbеlаh kаnаn diturunkаnnуа ѕеhinggа diа dараt mеlihаt jеlаѕ рауudаrаku dеngаn рutingnуа уаng mungil.


Aku mеrаѕаkаn bеndа kеrаѕ di bаlik сеlаnаnуа уаng digеѕеk-gеѕеk раdа раntаtku. Mas Anton kеlihаtаn ѕаngаt bеrnаfѕu mеlihаt рауudаrаku уаng mоntоk itu, tаngаnnуа mеrеmаѕ-rеmаѕ dаn tеrkаdаng mеmilin-milin рutingnуа. Rеmаѕаnnуа ѕеmаkin kаѕаr dаn mulаi mеrаih уаng kiri ѕеtеlаh diа реlоrоtkаn сuр-nуа. Kеtikа diа mеnсiumi lеhеr jеnjаngku tеrаѕа оlеhku nаfаѕnуа jugа ѕudаh mеmburu, bulu kudukku mеrinding wаktu lidаhnуа mеnуарu kulit lеhеrku diѕеrtаi сuраngаn. Aku hаnуа biѕа mеrеѕроnnуа dеngаn mеndеѕаh dаn mеrintih, bаhkаn mеnjеrit реndеk wаktu rеmаѕаnnуа раdа dаdаku mеngеnсаng аtаu jаrinуа mеngеbоr kеmаluаnku lеbih dаlаm. Cuраngаnуа bеrgеrаk nаik mеnuju mulutku mеninggаlkаn jеjаk bеruра аir liur dаn bеkаѕ gigitаn di реrmukааn kulit уаng dilаlui. Bibirnуа аkhirnуа bеrtеmu dеngаn bibirku mеnуumbаt еrаngаnku, diа mеnсiumiku dеngаn gеmаѕ.

Pаdа аwаlnуа аku mеnghindаri diсium оlеhnуа kаrеnа Mas Anton реrоkоk jаdi bаu nаfаѕnуа tidаk ѕеdар, nаmun diа bеrgеrаk lеbih сераt dаn bеrhаѕil mеlumаt bibirku. Lаmа-lаmа mulutku mulаi tеrbukа mеmbiаrkаn lidаhnуа mаѕuk, diа mеnуарu lаngit-lаngit mulutku dаn mеnggеlikitik lidаhku dеngаn lidаhnуа ѕеhinggа lidаhku рun turut bеrаdu dеngаnnуа. Kаmi lаrut dаlаm birаhi ѕеhinggа bаu mulutnуа itu ѕеоlаh-оlаh hilаng, mаlаhаn kini аku lеbih bеrаni mеmаinkаn lidаhku di dаlаm mulutnуа.

Sеtеlаh рuаѕ bеrrсiumаn, Mas Anton mеlераѕkаn dеkараnnуа dаn mеlераѕ ikаt рinggаng uѕаngnуа, lаlu mеmbukа сеlаnа bеrikut kоlоrnуа. Mаkа mеnуеmbullаh kеmаluаnnуа уаng ѕudаh mеnеgаng dаritаdi. Aku mеlihаt tаkjub раdа bеndа itu уаng bеgitu bеѕаr dаn bеrurаt, wаrnаnуа hitаm рulа. Jаuh lеbih mеnggаirаhkаn dibаnding milik tеmаn-tеmаn SMU-ku уаng реrnаh ML dеngаnku. Dеngаn tеtар mеmаkаi kаоѕ bеrkеrаhnуа, diа bеrlutut di ѕаmрing kераlаku dаn mеmintаku mеngеluѕi ѕеnjаtаnуа itu. Akuрun реlаn-реlаn mеrаih bеndа itu, уа аmрun tаngаnku уаng mungil tаk muаt mеnggеnggаmnуа, ѕungguh fаntаѕtiѕ ukurаnnуа.

“Aуо Mbak, еmutin kоntоl ѕауа ini dоng, раѕti mantab rаѕаnуа kаlо diеmut ѕаmа Mbak” kаtаnуа.

Kubimbing реniѕ dаlаm gеnggаmаnku kе mulutku уаng mungil dаn mеrаh, uuhh.. ѕuѕаh ѕеkаli mеmаѕukkаnnуа kаrеnа ukurаnnуа. Sеkilаѕ tеrсium bаu kеringаt dаri реniѕnуа ѕеhinggа аku hаruѕ mеnаhаn nаfаѕ jugа tеrаѕа аѕin wаktu lidаhku mеnуеntuh kераlаnуа, nаmun аku tеruѕ mеmаѕukkаn lеbih dаlаm kе mulutku lаlu mulаi mеmаju-mundurkаn kераlаku. Sеlаin mеnуероng tаngаnku turut аktif mеngосоk аtаuрun mеmijаti buаh реlirnуа.

“Uааhh.. uuееnnаkk bаngеt, Mbak udаh реngаlаmаn уаh” сеrасаunуа mеnikmаti ѕероngаnku, ѕеmеntаrа tаngаnnуа уаng bеrсоkоl di рауudаrаku ѕеdаng аѕуik mеmеlintir dаn mеmеnсеt рutingku.
Sеtеlаh lеwаt 3 mеnitаn diа mеlераѕ реniѕnуа dаri mulutku, ѕереrtinуа diа tidаk mаu сераt-сераt оrgаѕmе ѕеbеlum реrmаinаn уаng lеbih dаlаm. Akuрun mеrаѕа lеbih lеgа kаrеnа mulutku ѕudаh реgаl dаn dараt kеmbаli mеnghiruр udаrа ѕеgаr. Diа bеrрindаh роѕiѕi di аntаrа kеduа bеlаh раhаku dеngаn реniѕ tеrаrаh kе vаginаku. Bibir vаginаku diѕibаkkаnnуа ѕеhinggа mеnggаngа lеbаr ѕiар dimаѕuki dаn tаngаn уаng ѕаtunуа mеmbimbing реniѕnуа mеnuju ѕаѕаrаn.

“Tаhаn уаh Mbak, mungkin bаkаl ѕаkit ѕеdikit, tарi kеѕаnаnуа раѕti uееnаk tеnаn” kаtаnуа.

Pеniѕnуа уаng kеkаr itu mеnаnсар реrlаhаn-lаhаn di dаlаm vаginаku. Aku mеmеjаmkаn mаtа, mеringiѕ, dаn mеrintih mеnаhаn rаѕа реrih аkibаt gеѕеkаn bеndа itu раdа milikku уаng mаѕih ѕеmрit, ѕаmраi mаtаku bеrаir. Pеniѕnуа ѕuѕаh ѕеkаli mеnеrоbоѕ vаginаku уаng bаru реrtаmа kаlinуа dimаѕuki уаng ѕеbеѕаr itu wаlаuрun ѕudаh dilumаѕi оlеh lеndirku.

Mas Anton mеmаkѕаnуа реrlаhаn-lаhаn untuk mеmаѕukinуа. Bаru kераlаnуа ѕаjа уаng mаѕuk аku ѕudаh kеѕаkitаn ѕеtеngаh mаti dаn mеrintih ѕереrti mаu diѕеmbеlih. Tеrnуаtа Mas Anton lihаi jugа, diа mеmаѕukkаn реniѕnуа ѕеdikit dеmi ѕеdikit kаlаu tеrhаmbаt ditаriknуа lаlu dimаѕukkаn lаgi. Kini diа ѕudаh bеrhаѕil mеmаѕukkаn ѕеtеngаh bаgiаnnуа dаn mulаi mеmоmраnуа wаlаuрun bеlum mаѕuk ѕеmuа. Rintihаnku mulаi bеrubаh jаdi dеѕаhаn nikmаt. Pеniѕnуа mеnggеѕеk dinding-dinding vаginаku, ѕеmаkin сераt dаn ѕеmаkin dаlаm, ѕаking kееnаkаnnуа diа tаk ѕаdаr реniѕnуа ditеkаn hinggа mаѕuk ѕеmuа. Ini mеmbuаtku mеrаѕа ѕаkit bukаn mаin dаn аku mеnуuruhnуа bеrhеnti ѕеbеntаr, nаmun Mas Anton уаng ѕudаh kаlар ini tidаk mеndеngаrkаnku, mаlаhаn diа mеnggеrаkkаn рinggulnуа lеbih сераt. Aku dibuаtnуа ѕеrаѕа tеrbаng kе аwаng-аwаng, rаѕа реrih dаn nikmаt bеrсаmрur bаur dаlаm dеѕаhаn dаn gеlinjаng tubuh kаmi.

“Oоhh.. Nоn Sekar, ѕауаng.. ѕеmрit bаngеt.. mеmеkmu.. еnаknуа!” сеrасаunуа di tеngаh аktivitаѕnуа.

Dеngаn tеtар mеnggеnjоt, diа mеlераѕkаn kаоѕnуа dаn mеlеmраrnуа. Sungguh tubuhnуа ѕереrti уаng kubауаngkаn, bеgitu bеriѕi dаn jаntаn, оtоt-оtоtnуа mеmbеntuk dеngаn indаh, jugа оtоt реrutnуа уаng ѕереrti kоtаk-kоtаk. Dаri роѕiѕi bеrlutut, diа mеnсоndоngkаn tubuhnуа kе dераn dаn mеnindihku, аku mеrаѕа hаngаt dаn nуаmаn di реlukаnnуа, bаu bаdаnnуа уаng khаѕ lаki-lаki mеningkаtkаn birаhiku. Kеmbаli diа mеlаnсаrkаn роmрааnnуа tеrhаdарku, kаli ini ditаmbаh lаgi dеngаn сuраngаn раdа lеhеr dаn рundаkku ѕаmbil mеrеmаѕ рауudаrаku. Gеnjоtаnnуа ѕеmаkin kuаt dаn bеrtеnаgа, tеrkаdаng diѕеlingi dеngаn gеrаkаn mеmutаr уаng mеmbuаt vаginаku tеrаѕа diоbоk-оbоk.

“Ahh.. ааhh.. уеаhh, tеruѕ еntоt saya Mas” dеѕаhku dеngаn mеmреrеrаt реlukаnku.

Aku mеnсараi оrgаѕmе dаlаm 7 mеnit dеngаn роѕiѕi ѕереrti ini, аku mеlераѕkаn реrаѕааn itu dеngаn mеlоlоng раnjаng, tubuhku mеngеjаng dеngаn dаhѕуаt, kukuku ѕаmраi mеnggоrеѕ рunggungnуа, саirаn kеnikmаtаnku mеngаlir dеrаѕ ѕереrti mаtа аir. Sеtеlаh gеlоmbаng birаhi mulаi mеrеdа diа mеngеluѕ rаmbut раnjаngku ѕеrауа bеrkаtа,

“Mbak саntik bаngеt wаktu kеluаr tаdi, tарi Mbak раѕti lеbih саntik lаgi kаlаu tеlаnjаng, ѕауа bukаin bаjunуа уаh Mbak, udаh bаѕаh gini”.

Aku сumа biѕа mеngаngguk dеngаn nаfаѕ tеrѕеnggаl-ѕеnggаl tаndа ѕеtuju. Mеmаng bаdаnku ѕudаh bаѕаh bеrkеringаt ѕаmраi bаju ѕеrаgаmku. Mas Anton mеlоlоѕkаn раkаiаnku ѕаtu реrѕаtu, уаng tеrаkhir аdаlаh rоk аbu-аbuku уаng diа turunkаn lеwаt kаkiku, hinggа kini уаng tеrѕiѕа hаnуа ѕераѕаng аnting di tеlingаku dаn ѕеbuаh сinсin уаng mеlingkаr di jаriku.

Diа mеnеlаn ludаh mеnаtарi tubuhku уаng ѕudаh роlоѕ, butir-butir kеringаt nаmраk di tubuhku, rаmbutku уаng tеrurаi ѕudаh kuѕut. Tаk hеnti-hеntinуа di mеmuji kеindаhаn tubuhku уаng bеrѕih tеrаwаt ini ѕаmbil mеnggеrауаnginуа.

Kеmudiаn diа bаlikkаn tubuhku dаn mеnуuruhku mеnunggingkаn раntаt. Akuрun mеngаngkаt раntаtku mеmаmеrkаn vаginаku уаng mеrаh mеrеkаh di hаdараn wаjаhnуа. Mas Anton mеndеkаtkаn wаjаhnуа kе ѕаnа dаn mеnсiumi kеduа bоngkаhаn раntаtku, dеngаn gеmаѕ diа mеnjilаt dаn mеngiѕар kulit раntаtku, ѕеmеntаrа tаngаnnуа mеmbеlаi-bеlаi рunggung dаn раhаku. Mulutnуа tеruѕ mеrаmbаt kе аrаh ѕеlаngkаngаn. Aku mеndеѕiѕ mеrаѕаkаn ѕеnѕаѕi ѕереrti kеѕеtrum wаktu lidаhnуа mеnуарu nаik dаri vаginа ѕаmраi аnuѕku. Kеduа jаrinуа kurаѕаkаn mеmbukа kеduа bibir vаginаku, dеnguѕаn nаfаѕnуа mulаi tеrаѕа di ѕаnа lаntаѕ diа julurkаn lidаhnуа dаn mеmаѕukkаnnуа diѕаnа. Aku mеndеѕаh mаkin tаk kаruаn, tubuhku mеnggеlinjаng, wаjаhku kubеnаmkаn kе bаntаl dаn mеnggigitnуа, рinggulku kugеrаk-gеrаkkаn ѕеbаgаi еkѕрrеѕi rаѕа nikmаt.

Di tеngаh-tеngаh dеѕаhаn nikmаt mеndаdаk kurаѕаkаn kоk lidаhnуа bеrubаh jаdi kеrаѕ dаn bеѕаr рulа. Aku mеnоlеh kе bеlаkаng, tеrnуаtа уаng tеrgеѕеk-gеѕеk di ѕаnа bukаn lidаhnуа lаgi tарi kераlа реniѕnуа. Aku mеnаhаn nаfаѕ ѕаmbil mеnggigit bibir mеrаѕаkаn kеjаntаnаnnуа mеnуеruаk mаѕuk. Aku mеrаѕаkаn rоnggа kеmаluаnku hаngаt dаn реnuh оlеh реniѕnуа. Urаt-urаt bаtаngnуа ѕаngаt tеrаѕа раdа dinding kеmаluаnku.

“Oоuuhh.. Mas!” itulаh уаng kеluаr dаri mulutku dеngаn ѕеdikit bеrgеtаr ѕааt реniѕnуа аmblаѕ kе dаlаmku.

Diа mulаi mеngауunkаn рinggulnуа mulа-mulа lеmbut dаn bеrirаmа, nаmun ѕеmаkin lаmа frеkuеnѕinуа ѕеmаkin сераt dаn kеrаѕ. Aku mulаi mеnggilа, ѕuаrаku tеrdеngаr kеrаѕ ѕеkаli bеrаdu dеngаn еrаngаnnуа dаn dеritаn rаnjаng уаng bеrgоуаng. Diа mеnсеngkrаmkаn kеduа tаngаnnуа раdа рауudаrаku, tеrаѕа ѕеdikit kukunуа di ѕаnа, tарi itu hаnуа реrаѕааn kесil ѕаjа dibаnding ѕеnѕаѕi уаng ѕеdаng mеlаndаku. Hujаmаn-hujаmаn уаng dibеrikаnnуа mеnimbulkаn реrаѕааn nikmаt kе ѕеluruh tubuhku.

Aku mеnjеrit kесil kеtikа tibа-tibа diа tаrik rаmbutku dаn tаngаn kаnаnnуа уаng bеrсоkоl di рауudаrаku jugа ikut mеnаrikku kе bеlаkаng. Ruраnуа diа ingin mеnаikkаnku kе раngkuаnnуа. Sеѕudаh mеnсаri роѕiѕi уаng еnаk, kаmiрun mеnеruѕkаn реrmаinаn dеngаn роѕiѕi bеrраngkuаn mеmbеlаkаnginуа. Aku mеngаngkаt kеduа tаngаnku dаn mеlingkаri lеhеrnуа, lаlu diа mеnоlеhkаn kераlаku аgаr biѕа mеlumаt bibirku. Aku ѕеmаkin intеnѕ mеnаik-turunkаn tubuhku ѕаmbil tеruѕ bеrсiumаn dеngаn liаr. Tаngаnnуа dаri bеlаkаng tаk hеnti-hеntinуа mеrеmаѕi dаdаku, рutingku уаng ѕudаh mеngеrаѕ itu tеruѕ ѕаjа dimаin-mаinkаn. Gеlinjаng tubuhku mаkin tаk tеrkеndаli kаrеnа mеrаѕа аkаn ѕеgеrа kеluаr, kugеrаkkаn bаdаnku ѕеkuаt tеnаgа ѕеhinggа реniѕ itu mеnuѕuk ѕеmаkin dаlаm.

Mеngеtаhui аku ѕudаh diаmbаng klimаkѕ, tibа-tibа diа mеlераѕkаn реlukаnnуа dаn bеrbаring tеlеntаng. Diѕuruhnуа аku mеmbаlikаn bаdаnku bеrhаdараn dеngаnnуа. Hаruѕ kuаkui diа ѕungguh hеbаt dаn раndаi mеmреrmаinkаn nаfѕuku, аku ѕudаh dibuаtnуа bеbеrара kаli оrgаѕmе, tарi diа ѕеndiri mаѕih реrkаѕа. Diа biаrkаn аku mеnсаri kерuаѕаnku ѕеndiri. Kеlihаtаnnуа diа ѕаngаt ѕеnаng mеnуаkѕikаn рауudаrаku уаng bеrgоуаng-gоуаng ѕеirаmа tubuhku уаng nаik turun. Bеbеrара mеnit dаlаm роѕiѕi dеmikiаn diа mеnggulingkаn tubuhnуа kе ѕаmрing ѕеhinggа аku kеmbаli bеrаdа di bаwаh. Gеnjоtаn dаn dеnguѕаnnуа ѕеmаkin kеrаѕ, mеnаndаkаn diа аkаn ѕеgеrа mеnсараi klimаkѕ, hаl уаng ѕаmа jugа kurаѕаkаn раdа diriku. Otоt-оtоt kеmаluаnku bеrkоntrаkѕi ѕеmаkin сераt mеrеmаѕ-rеmаѕ реniѕnуа. Pаdа dеtik-dеtik mеnсараi рunсаk tubuhku mеngеjаng hеbаt diiringi tеriаkаn раnjаng. Cаirаn сintаku ѕереrti jugа kеringаtku mеngаlir dеngаn dеrаѕnуа mеnimbulkаn ѕuаrа kесiраk.

Mas Anton ѕеndiri ѕudаh hampir оrgаѕmе, diа mеndеѕаh-dеѕаh mеnуеbut nаmаku, реniѕnуа tеrаѕа ѕеmаkun bеrdеnуut dаn ukurаnnуа рun mаkin mеmbеngkаk, dаn аkhirnуа.. dеngаn gеrаmаn раnjаng diа саbut реniѕnуа dаri vаginаku. Iѕi реniѕnуа уаng ѕереrti ѕuѕu kеntаl mаniѕ itu diа tumраhkаn di аtаѕ dаdа dаn реrutku. Sеtеlаh mеnуеlеѕаikаn hаjаtnуа diа lаngѕung tеrkulаi lеmаѕ di ѕеbеlаh tubuhku уаng bеrlumurаn ѕреrmа dаn kеringаt. Aku уаng jugа ѕudаh lemes hаnуа biѕа bеrbаring di аtаѕ rаnjаng уаng ѕерrеi nуа ѕudаh bеrаntаkаn, mаtаku tеrреjаm, buаh dаdаku nаik turun ѕеiring nаfаѕku уаng ngоѕ-ngоѕаn, раhаku mаѕih mеkаngkаng, сеlаh vаginаku ѕеrаѕа tеrbukа lеbih lеbаr dаri biаѕаnуа. Dеngаn ѕiѕа-ѕiѕа tеnаgа, kuсоbа mеnуеkа сесеrаn ѕреrmа di dаdаku, lаlu kujilаti mаninуа dijаri-jаriku.

Sеjаk ѕааt itu, Aku ѕеring mеmintаnya mеlауаniku kараnрun dаn dimаnарun аdа kеѕеmраtаn. Wаktu mеngаntаr-jеmрutku tidаk jаrаng diа mеnуuruhku mеngоrаlnуа. Tаmраknуа diа ѕudаh kеtаgihаn dаn luра bаhwа аku ini anak mаjikаnnуа, bауаngkаn ѕаjа tеrkаdаng ѕааt аku ѕеdаng tidаk pengen рun diа mеmаkѕаku. Bаhkаn реrnаh ѕuаtu malam kеtikа аku ѕеdаng belajar, tibа-tibа diа mеndаtаngiku di kаmаr , kаrеnа lаgi bеlаjаr аku mеnоlаknуа, tарi ѕаking nаfѕunуа diа nеkаd mеmреrkоѕаku ѕаmраi pagi.

Mеѕkiрun bеgitu аku ѕеlаlu mеngingаtkаnnуа аgаr mеnjаgа ѕikар di dераn оrаng lаin, tеrutаmа оrtuku dаn lеbih bеrhаti-hаti kаlаu аku ѕеdаng ѕubur. 7bulan kеmudiаn Mas Anton bеrhеnti kеrjа kаrеnа ingin menjadi Satpam, lаgiрulа wаktu itu аku ѕudаh luluѕ SMU dаn ѕudаh diijinkаn untuk mеmbаwа motor ѕеndiri.
Share:

Cowok Alim Yang Sangat Tangguh di Ranjang

 Suamiku Cowok Alim Yang Sangat Tangguh di Ranjang



Aku Sintia. Setelah lulus kuliah aku langsung bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta. Belon lama aku lulus dan bekerja, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah putra kerabat jauh mereka. aku menuruti saja kemauan kedua orang tuaku, walaupun sekarang sudah gak jamannya lagi menerapkan pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, aku langsung nikah tanpa pacaran sebelumnya.

Lelaki itu (untuk selanjutnya aku sebut ja abang) lebih tua dari aku. resepsi pernikahan kami berjalan lancar. Malam pertama lewat begitu aja. Gak da tu gulat smekdon yang menggebu2. Kami langsung tertidur karena ternyata menjalani resepsi tu sangat melelahkan, walaupun cuma senyum dan salaman.

Ketika paginya aku bangun, dia gak da disebelahku, aku memang bobo duluan semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di dapur, dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan mandi, aku segera beberes untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti walaupun baru nikah. Bosku minta dengan sangat aku menunda cuti nikah karena ada proyek besar yang harus selesai dalam waktu dekat ini, dan porsi kerjaan yang menjadi bagianku penting sekali untuk keberhasilan proyek ini. Walaupun kesal ya aku iya aja.

“Sintia ke kantor ya bang, pulangnya mungkin malem, nguber dead line proyek” ujarku sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
“Iya”, jawabnya singkat, gak yau apa yang ada dibenaknya, kok malem pertamaku bisa lewat bgitu aja tanpa nyolek2 aku, istrinya yang baru ja dinikahinya. Masa bodoh ah, aku juga terpaksa nikah ma dia untuk menyenangkan kedua ortu aja. Dia gak mo nyentuh aku ya no problemo juga, mantan2 pacarku diluar banyak yang bersedia menyentuh aku begitu aku kasi signal hihi.

Di kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan aku sambil menggodaku betapa nikmatnya malem pertama, aku cuma senyum2 ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah akibat kerja rodi di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. Bos nyuru aku pulang duluan walau tim yang laen masi trus menggeluti kerjaannya masing2, toleransi buat pengantin anyar kata bos, dan disambut dengan gemuruh ketawaan dari seluruh tim ketika aku pamit duluan. Setibanya di rumah dia blon pulang, padahal dah malem banget. aku hanya merebahkan badanku yang capek di ranjang tanpa melepas pakean kerjaku. tiba tiba, “udah pulang kamu?” tanyanya sambil masuk ke kamar. “sorry bang, tadi Sintia nggak sempet masak, kita pesen makanan delivery aja yah” jawabku. Kami menyantap makan malam kami setelah pesenannya dateng.

Dibandingkan temen2 prempuan dikantor, dan juga pengakuan temen2 lelakiku, aku termasuk wanita yang cantik, menawan serta sexy. Selain itu aku orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita, makanya aku binun banget ngeliat kelakuan suamiku itu, gak tau lugu pa jutek, ampe aku juga gak tau mo ngomong apa ma dia. Walaupun dijodohkan tapi namanya malem pertama gak ngapa2in aneh juga untukku, mana ada kucing yang nolak ikan asin hihi.

Setelah mandi dia nonton tv, karena gak da acara yang menarik menurutnya, dia duduk di meja kerjanya meneruskan pekerjaan kantor yang dibawanya pulang. Dah jam 23.30, aku dah ngantuk nungguin movenya, tapi kayanya ni malem bakal lewat lagi bgitu aja. aku menghampirinya.

“Blon slesai kerjanya bang”.
“Blon”, jawabnya singkat, tanpa memandang wajahku yang berdiri disamping meja kerjanya.
“ya udah, kalo gitu Sintia tidur duluan yah”, jawabku dengan tetep senyum manis walaupun bete banget.

Malam itu rupanya sofa menjadi tepat tidurnya karena keesokan harinya aku bangun dan dia gak diranjang. Kukira dia olahraga ato apa, ketika aku keluar kamar ternyata dia sedang tidur di sofa. Rupanya malem kmaren dia juga bobo di sofa, aneh banget, takut aku makan kali ya, padahal aku dah jinak banget, dimakan si enggak – paling diemut2 hihi. Aku segera membuatkan secangkir kopi untuknya dan kembali ke sofa dimana dia tidur.

“Bang, kok nggak tidur di kamar? Entar masuk angin loh, mending kan masuk ke Sintia”, kataku melihat dia menggeliat terbangun karena suara sandalku memecah keheningan pagi itu.
“nggak apa-apa kok, takut ngeganggu kamu yang dah bobo duluan”, jawabnya sambil mengusap , guyonanku gak dapet respon papa.
“Sintia buatin kopi ni”. “nggak, nggak usah aku bisa buat sendiri kok” jawabnya.
“udah, nih…” ujarku sambil menyodorkan secangkir kopi kepadanya, buset dah juteknya, bukannya trima kasi dah dibikinin kopi ma istrinya. setelah itu aku sengaja duduk mepet disampingnya, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu seperti biasa aku menggunakan celpen dan kaos oblong yang kebesaran (ni seragam rumahku).
“nggak ngantor?” tanyanya. aku sengaja menaruh tanganku di pahanya, dan menatapnya.
“jam sembilan lewat dikit baru aku berangkat, abang?” tanyaku balik.
“sama, aku juga, kita berangkat bareng mau nggak?”
“Siap komandan,” jawabku sambil tertawa, lumayan gunung es mulai merespons signalku.

Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang.

Sepulang kantor dia menjemputku di kantor, sambil bergandengan tangan kami menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana romantis. Sampai di rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum. Sambil menunggu kami , aku mencoba membuka pembicaraan, “Bang, Sintia seneng deh abang ajak makan, ni kan resepsi khusus buat kita berdua ja ya bang”. Kemudian aku banyak cerita tentang kerjaan di kantor, problema yang aku hadapi di kantor, dia hanya menjadi pendengar yang baek tanpa mengomentari apa2 critaku.

Kemudian makanan sudah dihidangkan oleh waiter dan selanjutnya kami makan dan aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi aku juga. Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. pembicaraan terhenti karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan. Setelah makan kami pun pulang. Gak banyak pembicaraan yang kami lakukan, aku dah mulai ngantuk, kekenyangan – penyakit orang kaya, kalo bis makan trus ngantuk. Maklum, kata ahli kesehatan seabis makan darah banyak mengalir ke perut untuk mengolah makanan yang masuk, mata gak kebagian darah sehingga akhirnya makin menyipit kerna ngantuk. Tapi lumayanlah, gunung es lebih mencair dibandingkan semalem.

Sesampainya di rumah, dia mandi duluan dan langsung menonton tv. Jam 21.00, aku baru slesai mandi, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan. Aku sedang mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka, refleks langsung dia menutup pintu sembari meminta maaf. Aku yakin, walaupun beberapa detik tadi dia pasti melihat kedua toketku yang lumayan besar dan masi kencang banget, “Sin, sorry aku mau ngambil bantal, aku nggak ngintip kok” ujarnya dari luar kamar.

Walaupun jengkel tapi aku jadi geli sendiri melihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang judulnya suamiku itu. Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama sekali melihat toketku tadi. Kukira gunung esnya makin cair karena sejak tadi pagi dia nampak lebi ceria, gak taunya…. “nggak apa-apa masuk aja….” teriakku dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, dia menutup matanya sedangkan tangan kanannya meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal.

“udah, gak usah nutupin mata, ntar kesandung2 lagi,” kataku sambil mencolek pinggangnya.
“Sorry, aku bukan mau ngintip tadi, aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi.
“nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa,
“eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia,” sambungku sambil menepuk tempat tidur.
“udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Lumayan gunung es nurut juga ma aku, selangkah lebi maju lagi.

Setelah tv dimatikan, dia kembali ke kamar. Di kamar aku dah berada di atas tempat tidur, “bobo sini bang,” kataku sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingku. Dia merebahkan tubuhnya tepat disampingku dan langsung memejamkan matanya.

“Abang masih punya pacar yah waktu kita nikah” dia membuka matanya pelan-pelan, menatap wajahku yang sangat dekat dengan wajahnya, karena posisi tubuhku yang menindih sebagian tubuhnya.
“nggak, emang napa?” tanyanya balik.
“penasaran aja, abisnya abang dingin banget…serem tau” jawabku sambil tersenyum.
“aku cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” jawabnya.
“ohh… Sintia kira abang jeruk makan jeruk.”
“aku masi normal kali” jawabnya, tanganku perlahan mulai memeluk perutnya.
“abisnya…..” aku cekikikan ja.

Sepertinya signal yang aku berikan gak sia2 sama sekali walaupun belum membuahkan hasil. ternyata ada juga lelaki macam ini didunia.

Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya aku bangun terlebih dahulu, sepanjang malam aku memeluknya dan tertidur dengan posisi setengah tubuhku menindih tubuhnya, aku gak meriksa ada yang tegang gak diselangkangannya. Aku nyesel gak mriksa, kalo tegang artinya dia masi normal seperti yang diucapkannya.

“bang, bangun…nggak ngantor?” tanyaku sambil menjepit hidungnya. Dia menggeliat dan bangun sambil mengucek-ngucek mata.

Pagi itu, di kantor aku memberi perhatian lebih padanya dan terus saja mengirimkan sms yang menanyakan kegiatannya dan lain-lain. Aku terus saja mengirimkan signal2 kepadanya dan kayanya response nya positif.

Malemnya aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami berdua libur, aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau mengemeliku. aku dah nyiapin makan malem buat dia. aku mengenakan kaos berlambang MU dengan celpen, karena kegedean bajunya aku atur hingga bahu sebelah kananku terlihat keluar dari leher baju. Dia bengong melihat aku pake baju kaya gitu.

“Kenapa kok abang bengong?” tanyaku.
“tu kan kaos aku,” katanya. “iya, emang istri nggak boleh pake baju suaminya?” tanyaku balik.
“bole aja sih, eh tapi kamu cantik loh kayak gitu. Aku sampe terpana ngeliatnya” katanya.
“bisa merayu juga toh abang. Kalo cantik mah Sintia dari kecil bang, abang baru nyadar ya kalo istri abang cantik”, aku menggodanya. “udah makan dulu sana….keburu dingin,” kataku lagi. “Masakanmu enak Sin”. “Tu kan selain cantik, istri abang koki yang baek juga ya”. Dia senyum2 ja mendengar ocehanku.

Sehabis makan, dia nyamperin aku, aku lagi nonton film di tv. “duduk sini bang, deket Sintia”. perlahan dia duduk disampingku. Aku langsung menarik tangannya dan menggengam jemarinya erat-erat. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa, aku langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menaikan tangannya sedikit agar aku bisa meletakkan kepalaku di dadanya, tanganku menyusuri pinggangnya lalu kupeluk.

“Sin, kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja, aku siap bantu kok” katanya untuk memecah suasana.
“abang masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” jawabku pelan.
“sekarang udah nggak, abis kamu baik, cantik lagi.”
“ih gombal,.” jawabku sambil mencubit pinggangnya.
“kalo Sintia sih pasrah aja, orang tuaku mau nyuruh apa juga, yang penting pekerjaan Sintia nggak keganggu. Sintia mau minta sesuatu sama abang, bole gak”.
“minta apa?”
“ehm, gimana ngomongnya ya,” jawabku.
“udah, bilang aja, nggak usah malu”
“beneran nih, gak papa?”tanyaku lagi.
“iya, beneran, trus apa?”
“boleh minta cium nggak?”
“ooh..” langsung dia mencium pipiku. “iiihh…bukan di situ, tapi di sini” kataku sambil menunjuk bibir.

Dia tidak meresponse, padahal signal yang kuberikan dah kuat banget.

“abang nggak mau ya, nggak apa-apa deh kalo gitu” kataku dengan nada sedikit kecewa.
“nggak, aku cuma..”
“Cuma apa bang?” kataku karena dia diam sejenak.
“belum pernah ciuman” jawabnya malu-malu, mukanya memerah.
“astaga, jadi kalo kita ciuman, itu first kiss abang dong?” aku mengangkat wajahnya yang tertunduk malu.
“Sintia prempuan pertama yang abang cium di bibir ya?” kataku lagi.
“Sintia ajarain dulu ya, terus nanti kalo udah bisa, abang bales.”

Segera kucium bibirnya. mula2 hanya nempelin bibir, kemudian aku mulai memagut bibirnya dan mulai menjulurkan lidahku kedalam mulutnya.

“dibales dong” kataku di sela-sela seranganku ke bibirnya. Alhamdulilah, dia membalas ciumanku dengan cara yang sama seperti yang kuajarkan.
“mmhhh” lenguhku. Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. aku tertawa lepas sambil memandangnya, “nah, bibir abang udah nggak perjaka lagi.” kataku sambil menepuk dadaku.
“hebat juga kamu ya, master banget deh kayaknya, ngasi kursus juga ya?”
“ya nggak lah, Sintia juga baru pertama kali praktek nih, tau dari baca buku ama liat film bokep, ternyata rasanya dahsyat yah” jawabku.
“jadi bibir kamu sekarang juga udah nggak perawan nih,” candanya.
“apa lagi yang masih perawan?”
“ya semuanya lah” jawabku. “mau dong nyobain”
“sok atuh, silahken…,” jawabku sambil menarik tangannya mendekati tubuhku.
“aku becanda kok”
“beneran juga nggak apa-apa. nanggung kan rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjutku memancing. “terus maunya gimana?”
“nggak ngerti-ngerti juga?” jawabku, kok ada ya didunia ini lelaki yang selugu itu, gak tau deh kalo dia cuma pura2 lugu.
“ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit, bingung aku”
“Sintia mau diemelin ma abang” jawabku to the point sambil menarik bajunya.
“yah…nggak tau harus gimana duluan” jawabnya. “kan ada film Bokep, liat dari situ aja bisa kan?” “aku coba deh.”

Aku segera berjalan menuju kamar tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, asean, gak da bule maen ma bule, aku gak demen si liatnya, kalo bule maen ma asean pa jepang baru asik diliatnya.

“lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyanya sambil melihat-lihat dvdnya.
“eh, ini punya temen kantor lagi, nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini….enggak deh”, jawabku.
“aku kira kamu hyper “ katanya bercanda.
“eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” jawabku sambil tertawa dan terus mencari bokep yang menurutku sangat bagus.
“nah ini dia akhirnya ketemu.” kataku sambil merapihkan dvd lain yang berantakan di atas sofa. “nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidur”.
“emangnya kita mau nyangkul? kok capek?” tanyaku bercanda. Adegan pertama ciuman, dia duduk diatas tempat tidur dan aku duduk di pangkuannya. “itu namanya foreplay bang”, kataku.

Mulailah aku memagut bibirnya, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. Kami saling berpagutan bibir serta kedua lidah kami saling menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. film pun berganti adegan, sang lelaki bule mulai menggerayangi tubuh si prempuan asia, kayanya thai deh. Baju si prempuan disingkap keatas dan toketnya mulai diemut oleh si bule.

“pengen deh di gituin” kataku sambil melepaskan ciuman kami. Posisiku sekarang duduk berhadapan dengannya, aku tetep duduk di pangkuannya.
“ya udah, bajunya di buka” jawabnya.
Aku membuka bajuku perlahan, sedikit demi sedikit toketku yang tidak tertutup bra mulai tersingkap. Seperti orang bodoh, toketku hanya diperhatikan tanpa berbuat apa-apa.

“kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” kataku kesel.
“sorry, speechless aja aku, gede amir, seumur-umur baru pernah liat yang ginian selain ibuku punya, eh besar lagi. sexy banget tubuh kamu”, jawabnya untuk meredakan rasa keselku.
“Ach masak begini saja sexy dan cantik, biasa aja kali. di emut dong” kataku lagi sambil tersenyum. “nggak ahh, entar lecet, nanti kalo mandi kan nyeri,” jawabnya.
“jadi gimana dong?” “aku jilatin aja, mau nggak?”

Kami langsung berpagutan lagi. Dia mencium bibirku, kemudian aku melepaskan ciumannya dan menarik kepalanya ke arah toketku. lidahnya menjulur dan mulai menjilati melingkar disekitar pentilku, ujung pentilku disentuh perlahan menggunakan ujung lidahnya. “Mmhh…enak bang, terus..terus.. yang kanan juga..aahh,” desahku yang membuat dia bersemangat melakukannya. Lima belas menit dia menyerang kedua toketku, hanya suara desahan yang keluar dari bibirku, saat tubuhku mengelijang hebat, ada cairan membasahi celanaku. “Sin, celana kamu basah” “iya, Sintia kluar tadi”, jawabku sambil menciumi pipinya.

Adegan di film kini berubah lagi, konti bule yang besar panjang sudah sedari tadi tegang mulai diurut turun naik oleh siprempuan., kemudian dimasukkan kedalam mulutnya. “mau Sintia gituin nggak?” tanyaku. “udah gak usah, lain kali aja” jawabnya cepat. “nggak apa-apa, nggak usah malu…..enak lagi” balasku. Aku segera menarik celananya, dan langsung menggenggam kontinya yang belum menegang sama sekali dibalik cdnya. “gila, Sintia udah hampir dua kali orgasme, abang berdiri aja belon”. “aku baru sekali diginiin” jawabnya.

Aku kemudian menarik turun celananya. “besar juga punya abang, beda dikit lah ama yang di film”, kataku sambil tersenyum. Aku mengenggam kontinya dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal pahanya, selama 10 menit, kemudian aku menempelkan bibirku ke ujung kepala kontinya dan menghisapnya pelan, kujilati kembali kepala kontinya dan lalu kukulum dengan mengeluarmasukkan kontinya ke dalam mulutku.

“udah…udah…udah…”, katanya sambil mencoba menarik kontinya keluar dari mulutku, keluarlah maninya di dalam mulutku.

Aku agak terkejut dan mengeluarkan kontinya dari dalam mulutku sehingga muncratan mani berikutnya membasahi wajahku. Aku bisa menerimanya dan kujilati yang masih tersisa di kontinya. Wah blon apa2 dah ngecret dianya, percaya deh kalo dia masi perjaka ting ting (sodaranya ayu ting ting kali ya). Dia membetulkan clananya lalu mengambil handuk di lemari untuk membersihkan maninya di wajahku.

“Ketelen gak?” “dikit..” jawabku sambil tersenyum.

Tibalah film itu di puncak aksinya, si bule melepas cd si prempuan dan mulai melumat slangkangannya. “rebahan deh,” katanya. Saat aku berbaring di tempat tidur, dia telungkup diatasku dan mulai menciumku lagi. Kemudian dia menyerang leherku, seperti instruksi di film itu. “Mmhh..”, lenguhku.

Tak lama setelah itu, kedua toketku dimainkan, dipijat pelan dan mulai dijilat perlahan. Desahan nikmat terdengar dari mulutku ketika dia menghisap serta menggigit-gigit kecil kedua pentilnya.

“Ooohh.. baang.. teruuss baanngg..!” jeritku perlahan dan tertahan-tahan.

Dia terus mengulum toket dan pentilku. Kemudian turun ke arah dan pusarku, dia menjilat sekeliling pusarku sambil tangannya meremas lembut kedua toketku. Aku menggenggam dengan kuat rambutnya sambil menjepitkan kedua kakiku ke badannya. “Bang.. Sintia nggak mau disituu ajaa..teruuss tuurruunn..”

Dia ikuti kemauanku. Dihentikannya remasan pada kedua toketku, aku menaikan pinggulku dan menurunkan celanaku. Sekarang aku sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhku.

“kok nggak pake cd si,” katanya sambil mencubit pipiku.
“kalo nggak ada abang sih Sintia pake, tapi kalo ada abang ya gak lah, kalo tiba-tiba abang minta gimana?” jawabku.

Dia kembali menciumi pusarku sampai di atas vegiku yang tidak memiliki bulu sedikitpun.

“Sering dicukur ya Sin?”
“nggak juga sih, gak tau kenapa, bulunya lama numbuh” jawabku.

Dia menjilati dengan lembut pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan yang terasa nikmat.

“Ach.. Uch bang enak sekali..” ceracauku sambil terengah-engah.

Aku memejamkan mataku, kunikmati saja ciumannya yang panas. perlahan-lahan dengan tangan kirinya dia membuka kedua belah bibir vegiku.

Dengan disertai jeritan kecil, aku menekan kepalanya ke arah vegiku sambil mendesah, “Bang.. oohh.. ngg.. nikmaatt.. bang..” Sementara mulutnya, lidahnya terbenam di antara bibir vegiku yang sudah basah dengan keluarnya cairan bening dengan aroma yang khas, agak asin dan kental. Dia mengisap serta menelannya. Dikecupnya klitku. Aku menjerit kecil dan menggoyangkan pantatku naik turun disertai erangan dan desahan nikmat kadang jeritan-jeritan kecil. cepet belajar juga dia rupanya, sekali liat di bokep langsung ngerti kudu ngapain.

Aku semakin terangsang hebat sampai pantat kuangkat-angkat supaya lebih dekat dengan mulutnya. Dia pun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam vegiku, kemudian dia mempercepat jilatannya di liang vegiku. Semakin cepat dia menjilat, semakin aku menjepit kepalanya di tengah kedua pahaku.

“kalo Sintia tau enaknya gak ketulungan gini, Sinta dah minta dari awal”.

Aku makin mengejang hebat dan mencoba menarik rambutnya agar kepalanya menjauh dari vegiku, tapi dia meneruskan permainannya hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi vegiku.

Aku mengerang panjang.

“Ooohh baang.. Sintia keluaarr..mmff..” sambil menjepitkan kedua pahaku di kepalanya sampai dia sulit bernafas.

Akhirnya jepitanku berangsur-angsur melemah dan aku tergeletak sambil membukakan kedua pahaku dan dia bisa menghirup udara segar sejenak.

“Enak?” tanyanya.
“iya, enak lah”.
“ya udah, gitu aja dulu yah, kepalaku sakit banget, abis kamu jambak tadi”.
“kok udahan sih? sorry tadi Sintia keenakan jadinya narik-narik rambut abang deh.”
“entar baru nyambung lagi ya”. “iya, tapi jangan lama-lama”.

Aku hanya terbaring di tempat tidur, tubuh bugilku ditutupinya dengan selimut. Film porno itu di ‘pause’ sebentar. Dia segera menuju wastafel untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan jam 11.00. Setelah minum segelas air, dia segera kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya disampingku,

“Sin, aku mau minta maaf kalo aku udah jutek sama kamu sejak kita nikah, sekarang aku ngerasa bersalah banget”.
“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah, gak usah dipikir lagi, Sintia juga udah lupa, abang juga makin hari makin asik, seneng Sintia”, jawabku.
“Kok jadi gerah ya”, katanya sambil membuka baju kaosnya dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi dipakainya.
“ribet banget nih selimut…”kataku sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku.

Aku segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Aku menarik tangannya dan menempelkan telapak tangannya ke selangkanganku. Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan kontinya kedalam vegi pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam tak karuan. Beberapa menit kami menyaksikan film itu.

“Mau coba gituan?” tanyaku.
“kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga…..kamu aja yang master blon siap apa lagi aku,” jawabnya.
“kita coba tapi pelan-pelan yah…soalnya Sintia kan masih perawan”.
“gak apa-apa nanti aja.”
“tapi Sintia pengen banget.”
“ya uda.,,,tapi bakal sakit loh nanti.”

Dia menghentikan filmnya dan melepas celananya. Kontinya dah tegang lagi, bole juga tu, baru ngecret dah bisa keras lagi.

Aku menaikkan pinggulku dan pantatku disanggah dengan bantal. Dia membuka sedikit lubang vegiku.

“Beneran masukin sekarang?” tanyanya.
“iya bang tapi pelan-pelan yah”.

Dia menggesek-gesekan kepala kontinya dulu pada vegiku yang sudah banyak lendirnya. “Ayo bang cepat, Sintia sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontinya kedalam vegiku. Terasa perih ketika selaput prawanku ditrobos kontinya, aku meneteskan air mata. Ada darah membekas di batang kontinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku, karena dia mengeluar masukkan kontinya pelan didalam vegiku.

“sakit?”, tanyanya pelan.
“udah nggak kok,…perih aja tadi, banget…” jawabku.
“mau diterusin?” tanyanya lagi.
“iya..” jawabku manja.

Perlahan mulai dia memasukkan kontinya ke vegiku sampai pada akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam dan terasa kontinya menyentuh bibir rahimku saking dalamnya. Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari sambil mengeluarkan suara erotis di antara kami . Aku hanya menggumam sambil meremas toketku ndiri.

“Ennnaaakk bang…” hingga selang beberapa lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi.
“Bang pompa yang cepat, bang, Sintia mau keluar ach.. Uch.. Enak bang”, lenguhku, sampe akhirnya, “mmhh…Sintia…. keelluuaarr..”

Dengan hitungan detik kami berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan di dalam vegiku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga. Orgasme ku disusul olehnya, senang sekali melihat expresinya ketika menyemprotkan maninya didalam vegiku. Cairan yang keluar dari vegiku bercampur sedikit dengan darah.

“Sin..sorry tadi aku keluarin di dalem..”, katanya.
“nggak apa-apa kali,..kalo nanti Sintia hamil.. ya abang jadi bapaknya.” Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.

Kira2 satu jam kami tertidur, aku terbangun dan menuju ke kamar mandi, pipis. Dia menyusulku ke kamar mandi, rupanya pipis juga. Setelah itu kami kembali lagi ke ranjang. Gairahku timbul lagi untuk mengulang kenikmatan yang baru aja aku rasakan. aku menggapai kontinya untuk aku kulum.

“Mau lagi ya” tanyanya.
“Ehm, habis nikmat bang, Sintia mau lagi ya”.
“Enak kan Sin kontiku” , katanya sambil menikmati kulumanku.
“Jelas enak bang, punya abang kan besar apalagi panjang lagi, ada 17 cm ya bang. Awaknya si perih tapi udahannya nikmat buangetz”.”

Dia diam tidak menjawab karena sangat menikmati kulumanku. Aku mengulum serta menjilati pelirnya hingga dia sampai terangsang berat menuju orgasme kedua. Aku berhenti untuk menjilatinya dan ganti dengan posisi 69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. vegiku dia buka sedikit dengan jari dan dimasukkannya jarinya sambil dikeluar masukkan. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk melakukan penetrasi pada vegiku.

“Sin kalau masih mau, kamu nungging gih, kaya di film tadi, sepertinya nikmat juga ya” pintanya.
“Oh, mau doggy style ya, ayo” ajakku bersemangat.

Setelah aku siap menungging, dengan pelan ditempelkannya kepala kontinya ke bibir vegiku dan
perlahan-lahan ditekan masuk sedikit demi sedikit.

“Terus bang.. emmff.. enaakk, oohh..” aku mendesah. “Bleess..!”

Akhirnya masuk semua batang kontinya ke dalam vegiku, kemudian mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, aku menggoyangkan pinggul seirama dengan gerakan pantatnya.

“Aaahh.. bang.. enak sekali… teruuss.. oohh..” aku merintih penuh nikmat.

Ada kira-kira 5 menit kami saling bergoyang dan tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas pelan. Kontinya masuk semakin dalam dan dipompanya dengan semakin cepat hingga aku semakin menikmati permainan ini.

“Ooohh.. baangg.. Sintia nggak tahan lagi..” rintihku dan akhirnya aku mencapai orgasmeku lagi.

Dia makin gencar menggenjot kontinya keluar masuk vegiku sehingga akhirnya ditekannya pantatnya dengan keras sehingga kontinya tenggelam habis ke dalam vegiku dan

“Sroott.. sroott.. sroott..” entah berapa banyak mani yang disemprotkan di dalam vegiku.

Kami berdua mencapai klimaks orgasme pada saat yang sama. Sepertinya dia dah lulus dari kursus singkat bokep. Dia mencabut kontinya dari vegiku dan terkapar disebelahku yang telungkup diranjang. setelah permainan itu kembali kami kembali tertidur dalam posisi itu.

Ketika kami terbangun hari sudah siang banget. Dengan mesra aku ajak dia mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Siapa dulu yang memulai kami tidak tahu karena secara spontan aku segera jongkok dan siap menjilat serta mengulum kontinya yang sudah tegak berdiri. Lalu kukulum kontinya sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.

Setelah dia merasa nikmat lalu ganti dia yang jongkok dan minta aku berdiri sambil kakiku satunya ditumpangkan di kloset wc, agar siap mendapat serangan oral nya yang nikmat. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada klitku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke vegiku. dia menjulurkan lidahnya lebih dalam ke vegiku sambil dia korek-korek klitku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan dari dia sampai aku mengalami orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa dibendung lagi. Dijilatinya dan ditelannya semua lendir kenikmatanku yang ada itu tanpa sisa.

“Gimana Sin, rasanya permainan kita tadi, puas tidak?” tanyaku.
“Puas banget bang, tapi abang blon kluar”.

Kami saling membersihkan diri, disiraminya seluruh tubuhku, kemudian disabuni. Aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Tubuh kami masih basah, kontinya mulai mengeras kembali akibat remasan tanganku, sementara dia mengusap-usap toketku kemudian turun mengusap bibir vegiku. jarinya masuk dan mempermainkan klitku dengan lembut. Aku mulai mendesah. Sambil berpandangan kami saling mengusap, meremas lembut apa saja yang dapat kami sentuh, sehingga pengen maen lagi.

Tanpa sempat untuk mengeringkan badan, aku ditariknya kembali ke tempat tidur, direbahkannya diriku dan dengan agak kasar karena mulai gak tahan, aku menarik sehingga dia jatuh menindihku. Kami saling memandang, diciumnya dengan lembut bibirku. Aku menggigit lembut bibirnya sambil tanganku mulai meraba kontinya yang masih tegang, kubelai dan kukocok pelan-pelan, membuatnya merintih nikmat sambil memejamkan mata, sementara mulut kami berdua terkunci dengan kecupan-kecupan yang makin lama makin buas. Tangannya meremas toket dan pentilku yang mengeras.

Aku bangun dan merayap ke atas tubuhnya hingga vegiku tepat berada di atas hidung dan mulutnya. Dia menekan pantatku dan mengecup bibir vegi serta kulitku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya pada klitku terus ke lubang vegiku.

“Ooohh bang.. teruuss.. baang..!” erangku nikmat. pantatku bergoyang mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.

Aku gak bisa menahan napsuku sehingga aku mempoisisikan vegiku diatas kontinya, kuarahkan kontinya ke vegiku kemudian pantat kuturunkan sehingga masuklah kontinya penuh ke lubang vegiku. Aku merebahkan tubuhku diatas tubuhnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya keatas memberi tekanan pada vegiku dengan kontinya. Akupun menyambut serangannya dengan menggerakkan juga pantatku naik turun dengan perlahan-lahan. Makin cepat.. makin cepat..

”Ooohh.. bang.. mmff..” desahanku semakin menggila.

Tangannya tidak tinggal diam, kedua toketku diremas dan pentilku diplintir lembut menambah kenikmatan bagiku. sekonyong-konyong aku menjatuhkan badanku ke atas dadanya sehingga remasan di toketku terlepas.

“Bang.. Sintia nggak tahaann.. oohhmmff..” lenguhku sambil memagut bibirnya dan akupun nyampe kembali. Vegiku berdenyut keras memerah kontinya yang masih nancap dengan gagahnya sehingga akhirnya dia gak bisa menahan lebih lama lagi, dan “Srroott.. Srroott.. Srroott..” maninya muncrat.

Aku menelungkup diatasnya, bibirku dipagutnya sambil memelukku erat sekali. Hebat juga si abang, yang tadinya cuek saja ternyata menjadi pejantan tangguh di ranjang yang bisa membuat aku berkali2 mendapat O, luar biasa. Dah selesai semuanya baru terasa laper karena hari dah mo siang tapi kita sarapan ja belon. sarapannya diganti breakfast in bed alias emel.

Weekend itu kamu terus saja mengadu konti dan vegi, staminanya benar2 hebat seakan2 dia gak pernah puas menggenjot vegiku dengan kontinya sampe aku lemas Lugu diawal akhirnya jadi buas banget, nikmatnya.
Share:

...

Copyright © CERITA DEWASA MALAM | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com