Friday, November 5, 2021

Anak Perawan Bosku


Aku tak kuliah dan memilih untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi keluargaku, saat SMA dulu banyak wanita yang menyukaiku karena aku memang tampan, tetapi jujur tak ada yang dapat meluluhkan hatiku. Aku baru saja lulus dari SMA dan akan mencari pekerjaan.

Akupun melihat lowongan pekerjaan di Koran, yang menarik perhatianku adalah sebuah toko Kelontong yang baru buka, mereka mencari seorang pegawai, aku berangkat ke toko itu dengan segera menggunaka sepeda motorku.

Setelah 30 menit akhirnya aku melihat sebuah toko baju, menurutku toko itu lumayan besar, akupun masuk ke sana, tak ada seorangpun kecuali seorang tante yang kira-kira berumur 50 tahunan di tempat kasir, akupun menghampirinya, aku tersenyum padanya dan dia membalas senyumanku.

“Permisi bu, saya mencari pekerjaan” Kataku membuka percakapan
“Oh, iya, pegawai kami baru saja keluar, kamu boleh bekerja di sini”

Setelah itu wanita itu menjelaskan padaku mulai dari peraturan, cara menyapa, cara melayani, dan lain – lain.

“Wah, kamu cepat tangkap, ya?” Kata nyonya itu sambil tersenyum.

Akupun tersenyum kecil saja. Belakangan kuketahui wanita itu bernama Agnes, kulitnya berwarna putih, rambut panjang, dan wajahnya agak cantik menurutku.

“Dengar Rudi, aku mau pergi sebentar, kamu tolong awasi toko ini”
“Wah, tapi saya baru bekerja”

“Tak apa-apa,nanti akan kusuruh putriku turun menemanimu”
“Hmmmm, oke, deh” Jawabku tersenyum.

Ibu Agnes pun memanggil nama “Viviani, Vivi”, dari belakang pintu di sebelah kasir terdengar suara seorang gadis.

Lalu gadis itu pun keluar, sungguh aku terpesona padanya, gadis bernama Viviani itu sungguh cantik, tubuhnya mungil dan agak montok, payudaranya lumayan besar, pantatnya montok berisi, kulitnya putih, rambut hitam panjang, dan senyumannya adalah senyuman termanis yang pernah kulihat, kuakui aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Setelah ibu Agnes pergi, kuberanikan diri untuk menyapanya.






“Hai”
“Hai, pegawai baru, ya?”
“Iya” Jawabku tersenyum.

Kamipun berbincang – bincang sebentar, dapat kuketahui Viviani sekarang berumur 18 tahun, ibunya adalah seorang wanita sibuk, begitu juga dengan ayahnya, jadi dia sering membantu menjaga toko, tak lama kemudian seorang pelanggan datang, akupun melayaninya secepatnya agar bisa berbincang – bincang dengan Viviani, setelah pelanggan itu mendapat barang yang dia inginkan dan membayar, akupun kembali ke dekat kasir.

“Kalo jam sekarang masih sepi, Rud, nanti sekitar jam 3:30 baru ramai”
“Ohhh, akupun mengangguk.

Harus kuakui Viviani sangat asyik, semua omongan jadi nyambung, baru pertama kali ini aku menemui gadis seperti ini.

“Vi, kamu sudah punya pacar?”Tanyaku penasaran.
“Belum, kalo kamu?”
“Aku juga belum”
“Oh, kita sama-sama single, dong”Katanya sambil tersenyum.

Akupun tersenyum, rasanya aku ingin membalas “Kamu mau tidak sama aku?” Tapi aku tidak berani mengatakannya, jujur pertama ini aku bisa mengobrol lama dengan seorang gadis. Keringatku tak berhenti bercucuran pertanda aku gugup.

“Panas, ya?” Tanya Viviani
“Hmmm, tidak, kok”Jawabku.
“Hehehe, kamu keringatan, ya?”
“Iya, anggukku membalas candanya.

Setelah lima menit seorang pelanggan masuk lagi, akupun melayaninya dan kembali ke Viviani.

“Rud, kamu asyik ya orangnya?”

Aku terkejut mendengarnya, ternyata leluconku yang dari tadi kuluncurkan dapat meluluhkan hatinya.

“Ah, kamu juga asyik kok” Jawabku dengan tersenyum.

Wajah cantiknya tersenyum manis, kontolku terasa tak dapat diturunkan, sangat tegang. Kami berpandangan sebentar, lalu kuberanikan diri untuk menciumnya, jantungku serasa berdegup kencang, Viviani agak terkejut, tapi dia tak memberontak, kukulum bibirnya dengan mesra, kami berciuman ala French Kiss, ini adalah ciuman pertamaku.


Suasana semakin memanas, kuberanikan diriku untuk mnyentuh payudara 34 B nya, Viviani agak terkejut, tapi karena terlanjur nafsu dia membiarkan tanganku bermain sambil mulutku mencumbui mulutnya, sejenak Viviani memberhentikan permainanku.

“Rud, kamu kunci pintu dulu, deh, malu kalau diliat orang nanti”

Akupun melangkah dengan cepat ke pintu depan, segera kukunci pintu itu dan kuganti tanda di pintu menjadi “CLOSE”

Lalu aku segera berjalan kearah Viviani, Viviani mengajakku masuk ke dalam tokonya dan dia mengajakku ke kamarnya, setelah sampai ke kamarnya di lantai 2, kuberanikan diri untuk menciumnya lagi, Viviani membalas ciumanku dengan mesra.

Sementara tanganku kembali meremas payudara Viviani yang sudah mengeras, setelah lima menit kuberanikan diri untuk membuka pakaianku satu persatu, saat kontolku yang besar terpampang, Viviani cukup kaget dan agak jijik, ini mungkin adalah pertama kalinya dia melihat sebuah kontol, sementara selama ini aku tak pernah berhubungan badan, aku hanya mendapatkan ilmu dari film biru yang selalu kutonton.

Viviani tak tahu harus berbuat apa dengan kontolku yang dari tadi sudah menegang, dia hanya memandanginya sambil kadang menyentuhnya dengan jarinya, kutuntun dia agar menunduk dan menjilat kontolku.

“Ah, jijik, Rud, gak mau ah” tolaknya.
“Ayo deh, Vi, nanti kamu bakal merasakan kenikmatan” kataku meyakinkan.

Viviani akhirnya menyetujuinya entah karena dia sudah bernafsu atau terpancing kata – kataku, dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya, lalu dia mengulumnya dengan lembut, pertama terasa agak kaku, tapi setelah terbiasa, kulumannya terasa nikmat, membuatku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.

Setelah puas bermain dengan kontolku Viviani kembali berdiri dan tersenyum manis padaku yang semakin membuat nafsuku meningkat, kubuka bajunya dengan perlahan, dia tak menolak, malah tersenyum.

Pasti dia sudah nafsu pikirku, sampai Viviani telanjang bulat, kulihat pemandangan yang sungguh indah di depanku, payudaranya yang montok dengan puting berwarna pink yang sudah mengeras, sedangkan vaginanya masih berwarna merah muda, ditumbuhi bulu – bulu halus.

Akupun menjilat payudaranya dan memainkan putingnya, Viviani agak kegelian, tetapi dia menikmatinya, terdengar dari desahan kecilnya dan rontaan pelannya, setelah puas dengan payudaranya, aku melakukan French kiss dengannya sebentar sambil tanganku menelusuri vagina perawannya.

Vaginanya masih mulus dan halus pertanda Viviani sering merawatnya, setelah puas, akupun menuntun Viviani ke tempat tidurnya, lalu kubaringkan di sana.


“Apa yang akan kamu lakukan, Rud?” Tanyanya heran.

“Aku akan menusukkan kontolku pada vaginamu, agak sakit sebentar, tapi nanti akan sangat nikmat deh” Kataku padanya.

“Jangan, Rud, aku masih perawan”

Tak kudengarkan lagi kata-katanya karena terlalu nafsu, kuarahkan kontolku pada vagina Viviani yang sudah basah, sementara Viviani hanya bisa berkata “Jangan, Rud”, sebenarnya aku agak kasihan, tetaapi aku sudah terlanjur nafsu, kumasukkan kontolku perlahan pada vaginanya yang basah.

Viviani berteriak dengan keras saat kupaksakan masuk kontolku, kontolku sulit masuk karena vagina Viviani masih sempit, saat kumasukkan perlaha, wajah cantik Viviani mengeluarkan air mata dan mendesah kesakitan.

Akhirnya setelah lima menit, seluruh kontolku masuk dalam vaginanya, seperti yang kuduga, Viviani merasakan kenikmatan luar biasa, saat semula dia meronta, dia kini sudah tenang dan menikmati permainanku, kutusukkan secara perlahan lalu semakin cepat.

“Ahhh, Rud, enak, Rud, ahhh, terusin, Rud, Akkkhh”

Kurasakan kontolku seperti dipijit oleh vaginanya, sangat nikmat terasa sehingga aku memejamkan mataku menikmati kenikmatan itu, kuteruskan memajumundurkan kontolku pada vaginanya yang sempit, Viviani mendesah kecil sambil memejamkan mata, air mata masih mengalir di pipinya sementara tubuhnya berkeringat.

Saat kulihat wajahnya yang berkeringat, entah kenapa aku semakin nafsu, sehingga kucepatkan tusukanku yang membuat Viviani mendesah semakin keras, sementara kontolku dipijat dengan lebih keras oleh vaginanya.

“Akkkhh, Ssssst, ahhhhh, Rud, enak, Rud, Ahhhh” Begitulah kata yang muncul dari mulut Viviani pertanda dia suka dengan permainanku.

Setelah 20 menit kurasakan kenikmatan itu, Viviani mengalami orgasme hebat, cairan hangat keluar dari vaginanya, akupun mencabut kontolku, lalu kukocokkan dengan cepat di depan wajahnya, spermaku berceceran di wajahnya.

Viviani pun terbaring lemas, semula aku kasihan karena dia sudah capek, tapi setelah melihat tubuhnya yang dipenuhi keringat yang memancing nafsuku, akupun berniat melanjutkannya.

Aku segera duduk di tempat tidur, lalu kutuntun tubuhnya agar vaginanya pas di atas kontolku, setelah mencapai posisi ideal, akupun memasukkan kontolku ke dalam vaginanya yang masih basah, kudengar Viviani mendesah kecil saat kontolku berhasil masuk lagi ke dalam vaginanya.

Lalu kunaikturunkan tubuh mungilnya semakin cepat sehingga desahan Viviani semakin keras, rambut panjangnya kadang menyentuh wajahku, kurasakan kontolku dipijat oleh vaginanya lebih keras dari tadi, itu malah membuatku merasa semakin nikmat.

“Ahhh, Rud, terusin, Rud, Ahhh, lebih cepat lagi, Rud”
“Oke, sayang”

Kucepatkan frekuensi tusukanku yang menambah kenikmatan pada Viviani, dia mendesah dengan kenikmatan.

“Ahhh, Rud, nikmat banget, Rud, Ahhhh, Ssssst”

Sementara aku baru kali ini merasakan kenikmatan seperti ini, pijatan pada kontolku sangat nikmat, membuatku mendesah kecil sementara tubuhku tak berhenti mengeluarkan keringat, setelah 20 menit kunaikturunkan kontolku pada vaginanya.

Vagina Viviani kembali mengeluarkan cairan hangat, kubaringkan tubuhnya yang sudah lemas lalu kukeluarkan spermaku di dadanya, kamipun terbaring lemas dan berpelukan dalam keadaan telanjang.

“Gimana, Vi? Enak, gak?” Tanyaku
“Wah, enak banget, Rud, baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, terima kasih, ya?” Dia berkata sambil tersenyum padaku.

“Aku yang berterima kasih, Vi” Kataku membalas senyumannya.

Kamipun segera membersihkan diri, kulap bekas darah perawan Livia, lalu kami mandi bersama dan kembali menjaga toko.

Akupun segera membuka pintu dan mmpersilahkan mereka masuk, aku dan Viviani melayani mereka, sampai jam 05.00 Bu Agnes pulang, dia suka dengan cara kerjaku, dan dia menerimaku menjadi pegawai tetap.

Aku masih meneruskan bercinta dengan Viviani pada saat jam sepi dan seperti tak terjadi apa – apa, aku sungguh beruntung bekerja di toko ini, dan Viviani adalah wanita tercantik dan terhebat yang pernah kutemui.

Share:

...

Copyright © CERITA DEWASA MALAM | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com